Friday, December 4, 2020

DIGITALISASI DI INDUSTRI MIGAS

 

Digitalisasi telah menjadi suatu keniscayaan dalam berbagai lini industri tak terkecuali sektor hulu migas. Bahkan ini akan menjadi salah satu terobosan dalam upaya meningkatkan produksi migas.

Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan migas menjalankan kegiatan akan lebih efisien jika didukung penerapan operasional berbasis digital. Terlebih ketika industri hulu migas di seluruh dunia harus berjibaku mempertahankan level operasional yang optimal saat menghadapi wabah Pandemi Covid-19 dan penurunan harga minyak.

Demikian salah satu kesimpulan dari diskusi dengan topik “Role of Digital & Technology to improve production and reserve”, pada rangkaian 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas yang diselenggarakan oleh SKK Migas, Jumat (4/12). Panel diskusi ini menghadirkan narasumber Jamie Webster dari Bonston Consulting Group, Shaharuddin Hamid Mustapha (Petronas), Emiliano Racano (ENI), Steve Freeman (Sclumberger), Rendra Utama (SKK Migas), Trudy Curtis (PPDM) dan Javier Farinez (BP).

Jamie mengatakan, teknologi merupakan hal penting untuk mendukung peningkatan produksi migas. Oleh karena itu, data menjadi aset strategis dan pengolahan serta pemanfaatan yang dilakukan secara digital akan sangat mendukung perusahaan untuk mempercepat proses kerja maupun pengambilan keputusan.

“Teknologi dan digitalisasi akan sangat membantu perusahaan, karena dapat digunakan untuk meminimalkan salah satu momok industri migas yaitu dry hole, termasuk menggunakan kecerdasan buatan baru (artificial intelligence) untuk mensimulasikan pemboran,” katanya,

Shaharudin dari Petronas menceritakan kisah sukses penggunaan teknologi dan digitalisasi yang kemudian menghasilkan efisiensi dan efektivitas, yang dalam jangka panjang menghasilkan efisiensi biaya. Pada awalnya, Petronas menerapkan transformasi digital pada kegiatan peningkatan produksi. Semua fungsi di Petronas terkoneksi dalam suatu teknologi digital yang disimpan dalam cloud, sehingga dapat sharing data dan berinteraksi. “Sekarang keberhasilan digitalisasi untuk peningkatan produksi kami kembangkan untuk mendukung kegiatan Eksplorasi dan lainnya,” katanya.

Saat ini ada banyak budaya dalam pengambilan keputusan karena dapat berbeda-beda ketika membaca sebuah data yang tersaji dalam laporan. Digitalisasi ini akan membantu mempercepat pengambilan keputusan, karena data telah diproses sedimikian rupa sehingga memudahkan.

Penerapan salah satu teknologi artificial intelligence (AI) diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan industri migas. AI memerikan akurasi, kualitas dan kecepatan pemrosesan data dan menyajikan data menjadi tampilan 3D sehingga memberikan perspektif yang lebih lengkap dalam mengambil keputusan. Hal ini akan meningkatkan keberhasilan kegiatan pemboran, manfaat akan sangat dirasakan untuk pemboran eksplorasi.

Narasumber sepakat bahwa aset hulu migas tidak lagi hanyalah cadangan yang ada, tetapi data  juga menjadi aset yang akan memberikan keberhasilan dalam mengubah cadangan (reserve) menjadi produksi (production). Berdasarkan penelitian PPDM, suatu blok migas yang memiliki nilai aset  US$ 470 miliar, maka nilai data itu sendiri akan mencapai US$ 155 miliar atau mencapai 233% dari asset cadangan migas. Saat ini PPDM bersama SKK Migas dan Pertamina sedang melakukan kegiatan pemrosesan data hulu migas.

Kepala Divisi MSTI SKK Migas Rendra Utama menyampaikan digitalisasi adalah bagian dari transformasi SKK Migas dan telah diterapkan secara berkelanjutan. Manfaatnya sangat dirasakan dalam mendukung tugas SKK Migas melakukan pengawasan ke Kontraktor KKS. SKK Migas mendorong digitalisasi di KKKS dan integrasi dengan sistem yang ada di SKK Migas agar mempercepat proses, akurasi data dan pengambilan keputusan, serta tentu saja ada efisiensi proses yang menjadi nilai tambah industri hulu migas nasional.

Disela-sela acara konvensi, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyampaikan pada umumnya industri hulu migas berada di remote area, maka keberhasilan menerapkan operasional secara digital akan sangat berdampak pada efektifitas dan efisiensi operasional. “Digitalisasi melalui integrated operation center (IOC) dan lainnya yang sudah dilakukan SKK Migas, sangat dirasakan manfaatnya, ditengah pandemi Covid-19 dan harga minyak yang masih rendah kinerja sampai triwulan 3 tahun 2020 dengan lifting minyak mencapai 100,3% serta prognosa proyek tahun 2020 yang akan bisa diselesaikan sebanyak 14 proyek dari target 12 menegaskan pentingnya digitalisasi”, pungkas Julius.

 

Sumber: https://energindo.co/digitalisasi-keniscayaan-untuk-hulu-migas/

No comments:

Post a Comment

DIGITALISASI DI INDUSTRI MIGAS